
Aceh Utara, Buana.News — Tuberkulosis (TBC) hingga kini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang krusial, terutama di wilayah Kabupaten Aceh Utara.
Penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis ini umumnya menyerang paru-paru, namun dapat menyebar ke organ lain jika tidak ditangani dengan baik. Penularannya terjadi melalui udara, yakni saat penderita TBC batuk, bersin, atau saat berbicara.
Menyadari ancaman ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara terus mengintensifkan edukasi dan upaya pencegahan, terutama melalui peningkatan cakupan imunisasi dan penerapan pola hidup sehat di tengah masyarakat.
“Pencegahan TBC bukan hanya tanggung jawab sektor kesehatan, melainkan butuh partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat,” tegas Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Aceh Utara, dr. Ferianto, SH, MH.
dr. Ferianto menjelaskan, ada sejumlah kelompok yang lebih rentan terinfeksi TBC, antara lain, anak-anak di bawah usia lima tahun, terutama yang belum mendapatkan imunisasi BCG secara lengkap.
Penderita penyakit kronis, seperti HIV/AIDS, diabetes, dan gangguan autoimun, karena sistem imun mereka lebih lemah. Perokok aktif maupun pasif, yang paru-parunya lebih rentan terhadap infeksi. Serta masyarakat yang tinggal di lingkungan padat dan minim ventilasi, seperti hunian sempit, lembaga pemasyarakatan, atau area kerja tertutup.
“Kekurangan gizi dan kebiasaan merokok merupakan dua faktor utama yang memperburuk kondisi dan memperbesar risiko penularan TBC di Aceh Utara,” terang dr. Ferianto.
Ia menambahkan, rendahnya cakupan imunisasi BCG, terutama di beberapa desa terpencil, menjadi tantangan tersendiri bagi program pencegahan. Padahal, vaksin BCG sangat efektif dalam mencegah bentuk TBC berat seperti TBC milier dan TBC meningitis, terutama pada bayi dan balita.
Guna menekan laju penyebaran TBC, Dinas Kesehatan Aceh Utara mengimbau masyarakat untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan secara konsisten, antara lain:
1. Imunisasi BCG sejak dini, terutama bagi bayi baru lahir.
2. Mengonsumsi makanan bergizi seimbang untuk menjaga daya tahan tubuh.
3. Menghindari rokok dan paparan polusi udara, baik di dalam maupun luar ruangan.
4. Menjaga kebersihan lingkungan serta memastikan ventilasi rumah yang baik agar sirkulasi udara tetap lancar.
Di samping itu, masyarakat juga diminta untuk lebih waspada terhadap gejala TBC. Jika mengalami batuk berkepanjangan lebih dari dua minggu, disertai penurunan berat badan, demam ringan, atau keringat malam, maka segeralah memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan seperti Puskesmas atau rumah sakit terdekat.
“Deteksi dini sangat penting untuk mencegah komplikasi dan menghentikan rantai penularan. Jangan abaikan gejala-gejala awal, karena penanganan cepat dapat menyelamatkan nyawa,” ujar dr. Ferianto.
dr. Ferianto menegaskan, keberhasilan pengendalian TBC membutuhkan kolaborasi lintas sektor dan keterlibatan aktif masyarakat. Pemerintah, lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, dan media harus bahu-membahu menyebarluaskan informasi yang benar dan mengedukasi masyarakat tentang bahaya serta pencegahan TBC.
“Mari bersama kita wujudkan Aceh Utara yang lebih sehat dan bebas TBC. Dukung program imunisasi, tinggalkan kebiasaan merokok, dan bangun pola hidup bersih dan sehat sebagai investasi masa depan,” pungkasnya. (ADV)