Beranda Aceh Santri Kabur dari Pesantren di Medan Karena Dibully, Ditemukan di Nagan Raya

Santri Kabur dari Pesantren di Medan Karena Dibully, Ditemukan di Nagan Raya

CREATOR: gd-jpeg v1.0 (using IJG JPEG v62), quality = 82?

Nagan Raya, Buana.News – Seorang santri bernama ZAT (14), asal Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, yang sempat dilaporkan kabur dari Pesantren Raudhatul Hasanah Medan sejak 28 Februari 2025, akhirnya ditemukan di Nagan Raya.

ZAT berhasil dipertemukan kembali dengan orang tuanya, Muhajir (54), dengan bantuan Kapolsek Kuta Raja Banda Aceh, AKP Bambang Junianto, pada Jumat (7/3/2025) sekitar pukul 04.00 WIB. Ia ditemukan setelah seorang pria bernama Samsul (46) mengenali wajahnya dari unggahan pencarian di media sosial.

Bambang menjelaskan, korban diketahui melarikan diri dari pesantren ke Banda Aceh dengan menggunakan mobil travel. Orang tua ZAT baru mengetahui anaknya kabur setelah menanyakan keberadaannya kepada pihak pesantren.

“Dari pihak pesantren kemudian bilang bahwa korban sudah kabur selama tiga hari,” ujar Bambang, dilansir di Tribarata Polresta Banda Aceh.

Informasi mengenai hilangnya santri tersebut sempat viral di media sosial, mendorong orang tua korban untuk meminta bantuan Polsek Kuta Raja dalam pencarian.

Hampir sepekan tanpa kabar, akhirnya Muhajir menerima telepon dari Samsul, seorang pemilik usaha odong-odong di Nagan Raya, yang mengaku bersama anaknya. Samsul mengatakan, ZAT dan seorang temannya mengaku sedang mencari pekerjaan darinya.

“Saya sempat bertanya apakah dia tidak sekolah. Lalu korban bilang dia memang lagi cari kerja,” kata Samsul.

Samsul yang awalnya tidak mengetahui identitas ZAT, baru menyadarinya setelah melihat unggahan pencarian di media sosial. Ia pun segera menghubungi keluarga korban dengan niat mengembalikannya.

Saat dipertemukan dengan kedua orang tuanya, kondisi ZAT dalam keadaan sehat.

Kerap Dibully Senior di Pesantren

Setelah kembali ke pangkuan keluarganya, ZAT mengungkapkan alasan dirinya kabur dari pesantren. Ia mengaku sering mengalami perundungan oleh seniornya di Pondok Pesantren Raudhatul Hasanah Medan.

“Dia takut dipukul lagi di pesantren oleh seniornya, makanya dia pilih kabur,” ujar Bambang.

Kapolsek Kuta Raja menyerahkan kasus dugaan perundungan ini kepada keluarga korban jika ingin melaporkannya ke pihak pesantren.

“Sebab itu bukan wilayah hukum kita. Tapi kita selalu siap untuk dimintai bantuan,” pungkasnya.