Home Nasional Kolaborasi Pendidikan, Menag Bahas Pengiriman Mahasiswa ke McGill University

Kolaborasi Pendidikan, Menag Bahas Pengiriman Mahasiswa ke McGill University

Foto: Menteri Agama RI ,Nasaruddin Umar, bersama Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Jess Dutton.

Jakarta, Buana.News – Menteri Agama RI Nasaruddin Umar menggelar pertemuan dengan Presiden dan Wakil Rektor McGill University, Deep Saini, di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, untuk membahas potensi kerja sama dalam bidang pendidikan, termasuk pengiriman mahasiswa Indonesia ke luar negeri.

Pertemuan itu juga dihadiri oleh Duta Besar Kanada untuk Indonesia, Jess Dutton, serta Rektor Universitas Islam Hidayatullah, Asep Jahar.

Dalam pertemuan tersebut, Menteri Agama mengungkapkan bahwa Indonesia telah mengirimkan sejumlah mahasiswa muslim penerima beasiswa ke London untuk mendalami studi ekonomi Islam, ekonomi syariah, serta perbankan Islam.

Ia menilai bahwa Kanada, khususnya McGill University, memiliki banyak pakar di bidang kajian Islam yang dapat menjadi mitra potensial dalam pengembangan akademik di Indonesia.

“Kami telah mengirim pelajar ke London untuk studi ekonomi Islam dan syariah. Kami melihat Kanada memiliki banyak pakar dalam kajian Islam yang bisa menjadi mitra kolaborasi,” ujar Menteri Agama Nasaruddin, dikutip dari laman Kemenag.go.id, Senin (24/2/2025).

Ia juga menambahkan bahwa saat ini terdapat sekitar 400 mahasiswa Indonesia yang setiap tahunnya dikirim ke Amerika Serikat. Namun, di masa mendatang, opsi untuk mengirim mahasiswa ke McGill University selama enam bulan atau lebih akan dipertimbangkan sebagai bagian dari perluasan kerja sama pendidikan.

Lebih lanjut, Menag menekankan bahwa Indonesia memiliki ekosistem pendidikan yang berkembang pesat dan dapat menjadi mitra strategis bagi McGill University di kawasan Asia Tenggara. Ia juga membuka peluang tidak hanya untuk program Master dan PhD, tetapi juga untuk penyelenggaraan program kolaboratif jangka pendek, seperti lokakarya atau pelatihan akademik berdurasi tiga hingga enam bulan.

“Kami juga memiliki berbagai organisasi pendidikan yang siap berkolaborasi. Jika McGill ingin mengembangkan programnya, peluang tidak hanya terbatas pada Master dan PhD, tetapi juga program pelatihan jangka pendek yang dapat memberikan manfaat akademik bagi mahasiswa Indonesia,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Presiden McGill University, Deep Saini, menyatakan bahwa pihaknya terbuka terhadap kerja sama ini. Namun, ia menggarisbawahi dua faktor utama yang perlu dipertimbangkan, yaitu sistem pendanaan McGill yang memiliki keterbatasan dalam penggunaan dana dari Quebec untuk investasi di luar negeri, serta pemanfaatan teknologi modern dalam pembelajaran daring atau hybrid guna menjaga kualitas pendidikan.

“Jika McGill ingin mempertimbangkan kerja sama ini, kami terbuka untuk berdiskusi lebih lanjut. Namun, kami harus memperhatikan bagaimana sistem pendanaan kami bekerja dan bagaimana kami dapat memanfaatkan teknologi modern untuk tetap menyelenggarakan perkuliahan berkualitas tinggi,” ungkapnya.

Menteri Agama berharap bahwa kerja sama ini dapat segera direalisasikan agar mahasiswa Indonesia memiliki kesempatan lebih luas untuk belajar di institusi pendidikan bertaraf internasional seperti McGill University. “Kami ingin memberikan mahasiswa pilihan terbaik. Jika McGill terbukti menjadi mitra yang unggul, maka kami akan mengirim lebih banyak mahasiswa untuk belajar di sana,” pungkasnya.

Exit mobile version