Jakarta, Buana.News – Industri pertahanan Indonesia dan Turki sepakat untuk membentuk perusahaan patungan (joint venture) guna membangun pesawat nirawak (UAV) dalam negeri. Perjanjian tersebut ditandatangani di hadapan Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Pendiri Republikorp, Norman Joesoef, menjelaskan bahwa kerja sama ini tidak hanya bertujuan untuk membangun kemandirian industri pertahanan Indonesia dalam memproduksi UAV, tetapi juga untuk menempatkan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasok global dalam produksi UAV bersama perusahaan Turki, Baykar Makina dan Rocketsan.
“Kolaborasi ini bertujuan untuk mendirikan perusahaan patungan yang akan fokus pada produksi, perakitan, dan pemeliharaan UAV di Indonesia,” ujar Norman, Kamis (13/2/2025), seperti yang dikutip dalam Tribratanews.
Norman menjelaskan bahwa UAV yang akan diproduksi bersama adalah pesawat nirawak jenis MALE TB3 Bayraktar dan HALE Akinci Bayraktar. UAV berjenis MALE merujuk pada pesawat yang dapat terbang di ketinggian menengah dengan durasi panjang, sementara HALE merujuk pada UAV yang dapat terbang di ketinggian tinggi dengan durasi lama.
Perjanjian kerja sama untuk membentuk perusahaan patungan tersebut ditandatangani di Istana Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (12/2) dalam rangkaian kunjungan kenegaraan Presiden Turki Erdogan ke Indonesia.
Norman meyakini kemitraan ini akan membuka peluang bagi inovasi, riset, dan pengembangan teknologi UAV baik di Indonesia maupun di kawasan. “Prioritas utama perusahaan patungan ini adalah alih teknologi, peningkatan kapasitas industri dalam negeri, serta pengembangan tenaga kerja nasional melalui program pelatihan bagi insinyur dan teknisi Indonesia,” ungkapnya.
Menurut Norman, alih teknologi dan pembangunan kapasitas nasional untuk memproduksi UAV dalam negeri merupakan fondasi penting untuk menciptakan industri pertahanan yang mandiri dan berkelanjutan.
Selanjutnya, Norman menyebutkan bahwa perusahaan Turki, Rocketsan, akan memimpin transfer teknologi dalam bidang sistem rudal, termasuk lisensi kekayaan intelektual, keahlian produksi, dan pelatihan teknis. Sementara itu, Baykar Makina akan memberikan pelatihan dan dukungan teknis untuk memastikan UAV yang diproduksi memenuhi standar internasional.
Norman juga memastikan bahwa perusahaan patungan ini akan menggandeng industri-industri dalam negeri untuk mengoptimalkan rantai pasok domestik, sehingga dapat mengurangi ketergantungan pada komponen impor. “Kolaborasi ini tidak hanya akan mengurangi ketergantungan pada komponen impor, tetapi juga menempatkan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasok global dalam industri pertahanan,” kata Norman.
Pada kesempatan yang sama, Norman menekankan bahwa kerja sama ini menjadi simbol kokohnya hubungan bilateral antara Indonesia dan Turki. “Kolaborasi ini mencerminkan komitmen kedua negara untuk menjaga stabilitas regional dan keamanan global di tengah dinamika geopolitik yang terus berkembang,” ujarnya.
Norman juga menambahkan bahwa kerja sama ini merupakan bagian dari strategi jangka panjang Indonesia untuk mencapai kemandirian dalam teknologi pertahanan nasional.