Aceh, Buana News – Aceh kembali dilanda duka mendalam. Hari ini, ulama besar dan panutan umat Tgk. H. Usman Bin Ali ( Abu Kuta Krueng) dinyatakan meninggal dunia pada Kami 13 Februari 2025 pukul 04:30 dini hari. Kemudian disusul Aba H. Asnawi Bin Tgk. Ramli ( ABA MUDI LAMNO) Jam 10:00 pagi.
Kepergian dua sosok yang selama ini menjadi pilar keagamaan dan sumber inspirasi banyak warga ini menimbulkan renungan tajam: seperti apakah Aceh ini tanpa kehadiran ulama-ulama besar yang telah lama mengarahkan arah moral dan spiritual masyarakat?
Dua Ulama tersebut dikenal luas sebagai figur yang tak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga aktif menggerakkan kegiatan sosial dan keagamaan di masyarakat. Dalam setiap pengajian, khutbah dan ceramahnya, beliau selalu menekankan pentingnya keimanan, kejujuran, serta gotong royong dalam membangun Aceh yang lebih bermartabat. Kehadirannya yang konsisten dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial telah menjadikannya panutan, terutama bagi generasi muda yang haus akan teladan kearifan Islam.
Sejumlah tokoh masyarakat dan sesepuh setempat mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas kepergian beliau. Seorang tokoh masyarakat, Tgk. M. Yakop mengatakan,
“Kepergian beliau adalah kehilangan besar bagi kita semua. Beliau bukan hanya pengajar agama, tetapi juga pendorong perubahan positif di lingkungan kami. Tanpa beliau, kami merasa seperti kehilangan arah dan semangat dalam menjaga nilai-nilai keagamaan yang telah lama mengakar di Aceh.”
Di balik duka yang melanda, kepergian ulama ini juga menimbulkan pertanyaan kritis mengenai masa depan Aceh. “Bagaimana nasib Aceh jika ulama-ulama besar mulai tiada? Sosok-sosok seperti beliau adalah fondasi dalam menjaga keutuhan moral dan spiritual masyarakat. Tanpa kehadiran mereka, risiko melemahnya nilai-nilai luhur dan keteladanan sangatlah nyata,” tambahnya.
Para ulama besar di Aceh selama ini telah memainkan peran strategis dalam memandu umat, memberikan pencerahan dalam berbagai persoalan keagamaan, serta menyatukan masyarakat di tengah dinamika zaman. Mereka menjadi penghubung antara tradisi keislaman yang kental dan tantangan modernitas. Kepergian salah satu dari mereka meninggalkan kekosongan yang sulit diisi, terutama di era yang serba digital dan globalisasi ini.
Di sisi lain, para tokoh agama dan pengurus pesantren setempat mengajak masyarakat untuk tetap mengamalkan ajaran yang telah beliau tanamkan. Mereka berharap, nilai-nilai kejujuran, toleransi, dan semangat persatuan yang pernah diusung oleh sang ulama dapat terus hidup melalui pengajaran dan amal shaleh.
“Kita harus melanjutkan perjuangannya. Meskipun beliau telah berpulang, pesan-pesan mulia yang beliau sampaikan harus tetap kita pegang teguh untuk generasi mendatang,” ujar Tgk. Irwansyah Ali, seorang pimpinan Dayah Darul Fata Al-Hanafiah di Gampong Cot Barat Kecamatan Tanah Luas.
Masyarakat Abu Kuta Krueng kini tengah merencanakan upacara penghormatan sebagai bentuk penghargaan terakhir bagi sang ulama. Upacara ini tidak hanya sebagai ritual perpisahan, tetapi juga sebagai momentum untuk merenungkan betapa pentingnya peran ulama dalam membentuk karakter bangsa dan menjaga keseimbangan spiritual masyarakat.
Kepergian 2 ulama besar dan panutan umat ini menjadi peringatan bagi kita semua untuk terus mengedepankan nilai-nilai keislaman dan memperkuat tali persaudaraan. Semoga keikhlasan dan amal shaleh yang telah beliau wariskan menjadi bekal bagi generasi penerus dalam meneruskan cahaya keimanan dan keadilan di Aceh.