Aceh Utara, Buana.News – Abrasi sungai yang semakin parah di Desa Pante Gaki Balee, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara, bahkan, peristiwa itu lelah mengancam keselamatan empat kepala keluarga (KK).
Jarak antara rumah warga dan sungai hanya sekitar 70 cm, memaksa pemerintah dan masyarakat untuk segera mencari solusi agar bencana lebih besar dapat dihindari.
Hamdani, anggota DPRK Aceh Utara dari Fraksi Partai Aceh yang juga berasal dari Langkahan, turun langsung ke lokasi untuk memastikan kondisi warga yang terdampak. Ia menyatakan kesiapannya membantu dengan menyediakan lahan pribadi sebagai tempat tinggal sementara bagi warga.
“Keselamatan warga harus menjadi prioritas. Saya mempersilakan warga, termasuk Ramlah, seorang janda yang menghidupi anak-anak yatim dengan pendapatan pas-pasan, untuk membangun tempat tinggal sementara di atas tanah saya,” ujarnya, Minggu 19 Januari 2025.
Babinsa Koramil Langkahan, Syamsyudin, yang turut hadir bersama Hamdani, mengatakan bahwa laporan dari warga langsung ditindaklanjuti. “Begitu kami menerima informasi terkait abrasi, kami langsung turun ke lokasi dan melaporkan kejadian ini kepada pimpinan. Kami siap melakukan langkah apapun untuk membantu warga,” tegasnya.
Sementara itu, Sofyan, Kepala Desa Pante Gaki Balee, menyatakan belum menerima laporan resmi dari warga terkait abrasi tersebut. “Saya baru tahu dari wartawan. Tidak ada laporan langsung dari warga. Nanti sore, saya akan mengecek langsung kondisi rumah yang terdampak,” katanya.
Pernyataan Sofyan ini memicu kritik dari warga yang merasa pemerintah desa kurang sigap dalam menangani situasi darurat. “Pemerintah desa seharusnya hadir saat masyarakat membutuhkan, bukan mencari alasan dengan mengatakan tidak ada laporan. Semua orang tahu bahwa abrasi di Dusun Pante Sejahtera semakin parah,” kata seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Sofyan juga menilai bahwa aktivitas penyedotan pasir di sungai menjadi penyebab abrasi yang semakin parah. “Kegiatan sedot pasir ilegal merusak ekosistem sungai. Kami akan menghentikan sementara aktivitas tersebut dan berharap pemerintah segera memberikan solusi atas masalah ini,” tegasnya.
Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Syafi’i, salah seorang warga Dusun Pante Sejahtera, yang rumahnya hampir roboh akibat abrasi. “Penyedotan pasir justru mengurangi abrasi. Jika aktivitas itu dihentikan, mungkin sejak 2023 abrasi sudah menghancurkan rumah kami. Selain itu, sedot pasir adalah mata pencaharian kami. Pemerintah seharusnya mencari solusi, bukan menyalahkan masyarakat miskin,” ujarnya.
Ramlah, yang rumahnya terancam abrasi, melalui perwakilannya, Antikah, juga mengungkapkan kekhawatirannya. “Kami sangat khawatir. Rumah kami sudah hampir jatuh ke sungai. Jika tidak ada bantuan, kami tidak tahu harus pindah ke mana,” ungkap Antikah.
Kondisi ini mendesak perhatian serius dari pemerintah daerah. Evakuasi warga yang terdampak dan upaya penanganan jangka panjang sangat dibutuhkan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan melindungi keselamatan masyarakat.