Jakarta Buana.News – Badan Nasional Penggulangan Bencana (BNPB), memperkenalkan lebih dekat kepada masyarakat beberapa tanaman yang memiliki kemampuan untuk mitigasi bencana, seperti tanaman Vetiver. Seperti diketahui, Presiden RI Joko Widodo memerintahkan Kepala BNPB untuk melakukan penanaman tanaman yang memiliki kemampuan untuk mencegah tanah longsor dan erosi, seperti tanaman Vetiver yang dapat menahan aliran hujan deras dan menjaga kestabilan tanah sebagai langkah upaya mitigasi bencana saat meninjau lokasi longsor 5 Januari 2020 lalu.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan, BNPB Agus Wibowo, menyebutkan, berpartisipasi dalam pameran dengan tema Solid Bergerak Mewujudkan Indonesia Negara Industri Berbasis Riset dan Inovasi Nasional yang diadakan oleh Dewan Pimpinan Pusat PDI Perjuangan pada 10-12 Januari 2020 di Jiexpo Kemayoran Jakarta.
Bibit-bibit Vetiver disiapkan untuk sosialisasi kepada masyarakat yang mengunjungi pameran ini.
Vetiver atau akar wangi adalah sejenis rumput dengan nama latin Chrysophogon Zizaionide. Jarang orang tahu bahwa tanaman vetiver memiliki banyak manfaat yang baik terhadap lingkungan hidup. Manfaat dari tanaman Vetiver antara lain bagian daunnya dapat bermanfaat menyerap karbon, pakan ternak, mengusir hama, bahan atap rumah, dan bahan dasar kertas. Pada bagian akarnya bermanfaat mencegah longsor dan banjir, memperbaiki kualitas air, melindungi infrastruktur, menyerap racun, dan menyuburkan tanah.
Program Emas Hijau yang menjadi program unggulan BNPB juga ditampilkan, emas hijau berupa program pembibitan tanaman bernilai ekonomis. Nantinya masyarakat diharapkan dapat menanam kembali lahan-lahan mereka dengan tanaman dan tumbuhan bernilai ekonomis tinggi sehingga dapat meningkatkan perekonomian mereka. Selain itu untuk perbaikan ekonomi juga untuk mencegah terjadinya bencana alam seperti tanah longsor, banjir bandang dan kebakaran hutan dan lahan.
Tanaman bernilai ekonomis seperti yang ditampilkan kali ini berupa Kapulaga, Porang, Jahe, Cabe Jawa, Kunyit, Kayu Ules, Jinten, Temulawak, Pala, Kecombrang, Lengkuas, Gaharu dan juga beberapa jenis lainnya yang dapat disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.
BNPB juga memberikan edukasi penanggulangan bencana dengan membagikan buku-buku pengetahuan bencana dan video animasi, serta miniatur-miniatur peralatan penanggulangan bencana. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, BNPB tidak hanya bergerak pada fase pencegahan dan penanganan darurat, namun juga fase pasca bencana yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi atau upaya pemulihan pasca bencana di suatu daerah menjadi salah satu tahapan penting dalam penanggulangan bencana. Upaya pemulihan ini dibutuhkan agar masyarakat terdampak bencana bisa bangkit dan beraktivitas normal seperti semula.
BNPB berkomitmen melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi perkonomian masyarakat terdampak bencana. Salah satunya dalam dukungan permodalan dan pemasaran bagi kelompok usaha atau masyarakat.
Masyarakat diberikan pembinaan dan diberi dukungan pemasaran dengan mengikuti berbagai macam pameran. Melalui pameran ini, kelompok-kelompok binaan dari daerah pascabencana akan semakin terbuka akses pemasarannya dan pada akhirnya membuat perekonomian menjadi semakin pulih.
BNPB menampilkan beberapa produk hasil dari pembinaan masyarakat terdampak, ada berbagai jenis kopi arabika, robusta, dan liberika dihadirkan dari berbagai daerah pascabencana. Tidak hanya kopi, produk lain yang ditampilkan di antaranya Kain tenun khas Bima Nusa Tenggara Barat yang beberapa waktu lalu tertimpa bencana banjir bandang, terdapat pula batik khas Jawa, kerajinan tangan dan sirup salak yang merupakan produksi dari masyarakat yang menjadi korban dari letusan Gunung Merapi, pupuk organik cair produksi masyarakat Bengkayang, Kalimantan Barat. Abon Ikan masyarakat Papua dan Opak Ketan masyarakat Pandeglang
Pameran ini diikuti oleh 200 stand yang berasal dari berbagai unsur pemerintahan, dunia usaha dan komunitas, dibuka untuk umum mulai pukul 09.00 sampai 21.00. (Red).
Sumber: BNPN