Ditulis oleh Hasanuddin: Pemimpin Redaksi Buana.News.
Opini, Buana.News – Aceh, provinsi yang terletak di ujung barat Indonesia, dikenal dengan kekayaan alamnya yang melimpah. Sebagai daerah yang dijuluki “Serambi Mekah”, Aceh juga sering dianggap sebagai wilayah yang berperan penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia.
Namun, meskipun sebelumnya Aceh dikenal sebagai daerah penghasil “petrodolar”, kondisi ekonomi Aceh saat ini jauh berbeda. Dua perusahaan migas besar asing telah meninggalkan Aceh, dan blok migas yang sebelumnya dikelola oleh perusahaan asing kini diambil alih oleh perusahaan lokal yang dikelola secara swasta oleh pemerintah daerah.
Di sisi lain, laporan terbaru menyebutkan bahwa potensi gas besar kembali ditemukan di lepas pantai Aceh, yang dikenal dengan nama Blok Andaman. Penemuan tersebut kini dikelola oleh perusahaan negara melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.
Meskipun Aceh memiliki kekayaan alam yang melimpah, statusnya masih tercatat sebagai salah satu daerah miskin di Indonesia. Oleh karena itu, Aceh membutuhkan sosok pemimpin ideal untuk memajukan daerah ini. Gubernur yang diharapkan bukan hanya mengerti birokrasi, tetapi juga memiliki wawasan luas serta kemampuan untuk menjalin kerjasama yang baik dengan pemerintah pusat, stakeholder, dan investor.
Pasca perdamaian pada 2005, masyarakat Aceh belum sepenuhnya merasakan manfaat dari stabilitas yang dihasilkan. Kondisi ini menunjukkan betapa pentingnya pemimpin dengan latar belakang pendidikan yang tinggi dan wawasan yang luas, yang mampu menangani berbagai persoalan Aceh dan mampu mengelola pemerintahan dengan baik.
Sebagai provinsi yang kaya akan sumber daya alam, namun Aceh masih dihadapkan dengan persoalan kemiskinan, oleh sebab itu, Aceh sangat membutuhkan pemimpin berkualitas. Masyarakat Aceh secara umum menginginkan sosok yang memiliki kemampuan dan visi untuk membawa perubahan positif bagi daerah ini.
Jika diibaratkan, pemimpin Aceh seperti alat bajak sawah yang berat, yang hanya bisa dipikul oleh kekuatan besar. Alat bajak tersebut tidak mungkin dipikul oleh seekor kambing, melainkan membutuhkan kekuatan seperti seekor kerbau perkasa. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya pemimpin yang kuat, cerdas, dan kompeten.
Oleh karena itu, masyarakat Aceh dituntut untuk cerdas dalam memilih pemimpin, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Masa depan Aceh lima tahun ke depan akan sangat bergantung pada pemimpin yang terpilih.
Itulah yang menjadi satu alasan bahwa masyarakat Aceh diminta untuk menggunakan hak pilih dengan bijak dan rasional, demi lahirnya seorang pemimpin yang dapat agar mampu membawa perubahan Aceh lebih maji di masa depan.