Home Daerah Luka Menganga Tanpa Biaya dan Harapan: Haji Uma Selamatkan Korban Pembacokan di...

Luka Menganga Tanpa Biaya dan Harapan: Haji Uma Selamatkan Korban Pembacokan di Lhokseumawe

Lhokseumawe, Buana News – Dengan tangan berbalut purban dan tubuh penuh luka, Abuzar (34), warga Gampong Pusong, Kota Lhokseumawe, hanya bisa menahan sakit. Pembacokan brutal yang dialaminya pada 20 Mei 2025, bukan hanya merobek pergelangan tangannya hingga otot dan urat hampir putus, tapi juga merobek harapannya untuk hidup normal.

Yang lebih menyayat hati, setelah peristiwa keji itu, Abuzar tak segera mendapat perawatan medis. Ia bukan peserta BPJS, dan keluarganya tak punya uang sepeser pun untuk berobat. Luka menganga di tangan dan punggungnya hanya dibalut dengan kain seadanya. Tak ada infus, tak ada jahitan. Ia menahan sakit di rumah — diam, pasrah, dan nyaris kehilangan nyawa.

Dalam kondisi seperti itu, ia akhirnya datang mengetuk rumah H. Sudirman, senator asal Aceh yang lebih dikenal sebagai Haji Uma. Membawa surat pengantar dari kepala desa, Abuzar tidak meminta lebih: hanya ingin diselamatkan.

“Ketika saya melihat langsung kondisi luka korban, saya benar-benar terenyuh. Tidak layak manusia dalam keadaan seperti itu tidak ditangani medis,” ujar Haji Uma dengan suara berat, saat menjenguk Abuzar di Lhokseumawe, Selasa (17/6/2025).

Tanpa pikir panjang, Haji Uma menghubungi Direktur RS Arun Lhokseumawe untuk meminta penanganan segera. Namun karena keterbatasan alat medis, korban akhirnya harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh.

“Biaya operasi mencapai sekitar Rp 24 juta. Kami tanggung bersama Pemerintah Aceh. Yang terpenting nyawa dan masa depan korban bisa diselamatkan,” katanya.

Kini, Abuzar masih menjalani pemulihan, tetapi trauma dan ketakutan masih membayangi. Sementara pelaku pembacokan, berinisial FJ, hingga kini belum tertangkap. Rasa tidak adil makin terasa, karena meski luka telah dijahit, keadilan masih belum sembuh.

“Saya meminta kepada Polres Lhokseumawe agar serius mengejar pelaku. Dan kepada keluarga korban, mohon bersabar, jangan sampai bertindak di luar hukum, meskipun kami tahu luka ini bukan hanya di tubuh, tapi juga di hati,” tegas Haji Uma.

Kisah Abuzar adalah potret buram sistem sosial kita, korban kekerasan dibiarkan menunggu bantuan yang entah kapan datangnya. Tanpa Haji Uma, mungkin Abuzar kini tinggal nama.

 

Exit mobile version