Home Aceh Utara Cara Jitu Dinkes Aceh Utara Tekan Angka Penderita TBC Daerah

Cara Jitu Dinkes Aceh Utara Tekan Angka Penderita TBC Daerah

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh Utara, dr. Ferianto, SH, MH, saat melakukan pemerisaan pasien di salah satu kegiatan sosial.

Aceh Utara, Buana.News — Dinas Kesehatan (Dinkes) Aceh Utara terus menggencarkan upaya penanggulangan Tuberkulosis (TBC) di wilayahnya dengan menerapkan strategi pengobatan Directly Observed Treatment, Short-course (DOTS).

Strategi tersebut dinilai efektif dalam meningkatkan kepatuhan pasien terhadap pengobatan, serta menekan angka penularan dan risiko resistensi obat.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh Utara, dr. Ferianto, SH, MH, menyampaikan, DOTS merupakan metode baku yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menangani TBC secara tuntas dan terstruktur.

“Melalui pendekatan DOTS, pasien akan minum obat anti-TBC (OAT) di bawah pengawasan langsung petugas kesehatan atau Pengawas Menelan Obat (PMO). Selain itu, anggota keluarga serta orang terdekat pasien juga akan diperiksa, bahkan diberikan pengobatan bila ditemukan gejala yang sama,” jelas dr. Ferianto.

Menurutnya, penerapan strategi DOTS bertujuan untuk memastikan pasien menyelesaikan pengobatan secara penuh, mencegah resistensi obat, memutus rantai penularan, serta meningkatkan efektivitas pengobatan. Pasien yang mengikuti program ini akan menjalani pemeriksaan pendukung secara berkala guna mendeteksi kemungkinan penyakit penyerta.

Pelayanan pengobatan TBC melalui OAT, kata Ferianto, disediakan secara gratis di seluruh Puskesmas dan rumah sakit pemerintah. Untuk menjangkau lebih banyak masyarakat, Dinkes Aceh Utara juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan klinik swasta.

Tak hanya itu, pasien TBC yang menjalani pengobatan juga akan mendapatkan tambahan asupan gizi berupa susu guna meningkatkan daya tahan tubuh dan mempercepat proses pemulihan.

“Pengobatan yang tidak tuntas bisa menyebabkan komplikasi serius seperti TBC Resistan Obat (TBC RO), yang lebih sulit dan mahal untuk diobati. Karena itu, dukungan keluarga, PMO, dan tenaga kesehatan sangat penting agar pasien menyelesaikan pengobatan,” ungkapnya.

Pemerintah pusat menargetkan eliminasi TBC pada 2030, termasuk di Aceh Utara. Untuk mewujudkannya, kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat dibutuhkan.

“Kami berharap seluruh lapisan masyarakat dapat berperan aktif, mulai dari kesadaran melakukan pemeriksaan dini hingga mendukung pasien dalam menjalani pengobatan. Ini adalah langkah penting menuju Aceh Utara bebas TBC,” pungkas dr. Ferianto. (ADV).

Exit mobile version