Semarang Buana.Mews – Guna meningkatkan kapasitas manajemen DVI (Disaster Victim Identification) bagi pelaksana operasi DVI di lingkungan POLRI dan instansi terkait lainnya, PUSDOKKES POLRI bersama JCLEC (Jakarta Centre for Law Enforcement Cooperation) serta Royal Canadian Mounted Police mengadakan “8th DVI Management Course for Commanders” di AKPOL Semarang.
Kegiatan itu sudah berlangsung selama lima hari, sejak tanggal 13 dan berakhir hingga 17 januari 2020 lalu. Kegiatan ini dihadiri BNPB baik sebagai pemateri maupun peserta. Kepala PUSDOKKES POLRI Brigjen Pol, Musyafak membuka sekaligus menutup acara tersebut. Dalam sambutan itu, Dia menegaskan tujuan kegiatan yaitu peningkatan kapasitas DVI Commander level pusat dan daerah sekaligus koordinasi lintas sektor dengan mengundang K/L terkait seperti seperti Kemenlu, Kemenkes, Kemendagri, Kemensos, dan Basarnas.
Materi manajemen penanggulangan bencana disampaikan oleh Direktur Kesiapsiagaan BNPB Johny Sumbung dan peserta BNPB yaitu Asep Supriatna Kepala Seksi Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Kedaruratan dan Surya Fajar Darmawan Kepala Seksi Pencarian dan Pertolongan Darurat. Selain peserta dari dalam negeri, negara sahabat yang hadir sebagai peserta yaitu Polis Diraja Malaysia (PDRM) serta sebagian besar mengikuti kegiatan yaitu para Kabid Dokkes Polda se-Indonesia, dan Kepala Rumah Sakit Bhayangkara.
”Operasi DVI masuk dalam bidang operasi pada Sistem Komando Penanganan Darurat Bencana (SKPDB). Operasi Pertolongan dan Pencarian bagi korban yang masih hidup atau hilang dan DVI untuk korban yang meninggal dunia” ujar Johny dalam paparannya. ”Kehadiran DOKKES POLRI juga semakin memperkuat penanganan darurat bencana di Indonesia” tambah Johny.
Salahsatu rekomendasi peserta BNPB yaitu agar DVI diupayakan masuk kedalam Rencana Kontijensi (Renkon) pada saat pra bencana di daerah dan operasi DVI masuk dalam rencana operasi harian Pos Komando Penanganan Darurat Bencana ketika adanya korban meninggal dunia serta pelaksanaan sosialisasi DVI lebih ditingkatkan kepada instansi masyarakat.
”DVI sebaiknya masuk kedalam pembuatan Renkon di daerah yang memiliki ancaman bencana tinggi/rawan bencana, sehingga pelaksanaan operasi DVI lebih siap ketika terjadi bencana” pungkas Asep.
Tidak hanya teori yang diberikan kepada peserta namun juga diadakan simulasi untuk mempertajam keterampilan manajemen DVI Commander di sesi dua hari terakhir. (Red)
Sumber: BNPB